Selasa, 05 Oktober 2010

FUNGSI FILSAFAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULM

BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Pemikiran
Kurikulum dalam dunia  pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat urgen dan strategis.  Sedemikian  pentingnya sehingga kurikulum dipandang sangat menentukan  kualitas pendidikan yang pada akhirnya akan menentukan perkembangan kehidupan manusia. Oleh karena itu, perencanaan kurikulum harus mampu menjawab persoalan masa kini dan masa depan.  Dengan kata lain, kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kurikulum itu sendiri. Sehingga dapat dipahami bahwa betapa pentingnya pengembangan kurikulum itu.
Sebagai rancangan pendidikan, kurikulum mempunyai kedudukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, yakni menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan. Karena begitu pentingnya kedudukan kurikulum dalam pendidikan, maka penyusunan  kurikulum sangat membutuhkan landasan-landasan yang kuat yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran manusia melalui penelitian yang mendalam. Perencanaan, penyusunan dan pengembangan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dan kokoh dapat berakibat fatal terhadap pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Filsafat sebagai salah satu landasan pengembangan kurikulum, menggambarkan manusia yang ideal yang diharapkan oleh masyarakat. Karena melalui filsafat sebagai salah satu landasan pengembangan kurikulum, merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta pengalaman belajar yang bersifat mendasar.  Karena dalam filsafat pendidikan mengandung cita-cita tentang model manusia yang diharapkan yang sesuai dengan nilai-nilai yang disetujuai oleh individu atau masyarakat.
Wina Sanjaya (2009) menjelaskan bahwa filsafat sebagai landasan pengembangan kurikulum, berusaha menjawab berbagai pertanyaan pokok seperti: Hendak dibawa kemana siswa yang dididik itu? Masyarakat yang bagaimana yang harus diciptakan melalui ikhtiar pendidikan? Apa hakekat pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji siswa? Norma-norma atau system nilai yang bagaimana yang harus diwariskan kepada anak didik sebagai generasi penerus? Bagaimana sebainya proses pendidikan berlangsung?
B.    Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang perlu dikaji lebih lanjut adalah “ apa pernan filsafat dalam pengembangan kurikulum?” Dari latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penyusun membatasi kajian makalah ini pada: kontribusi filsafat dalam menentukan tujuan, isi/materi, strategi dan evaluasi  pengembangan kuriklum.
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui fungsi filsafat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan kurikulum.
2.    Sebagai bahan presentasi pada mata kuliah Filsafat Ilmu
3.    Untuk memenuhi salah satu syarat akademik dalam mengikuti ujian semester ganjil pada mata kuliah Filsafat Ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN

FUNGSI FILSAFAT DALAM PERENCANAAN,
PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Landasan filosofis kurikulum bekenaan dengan filosofi pendidikan yang digunakan dalam mengembangkan arah dan orientasi kurikulum. Aspek filosofis menentukan permasalahan yang diidentifikasi dan merumuskan jawabannya. Oleh karena itu dari aspek filosofis ini terlihat apakah kurikulum tersebut dikembangkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat dalam pengembangan ilmu, teknologi, agama, permasalahan social budaya, ekonomi, kebangsaan, hukum dan sebagainya.
Sebagai suatu landasan yang fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses perencanaan, implementasi dan pengembangan kurikulum. Wina Sanjaya (2009) mengemukakan, paling tidak ada empat fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum yang di dalamnya terdapat perencanaan dan implementasi kurikulum, yaitu Pertama, Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Kedua. Filsafat dapat menetukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan. Keempat,  melalui filsafat, dapat ditentukan bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
Fisafat dan Tujuan Kurikulum.
Pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan dan pengembangan kepribadian manusia, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, arah dan tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum  harus selalu mengarah pada peningkatan ketiga ranah itu.
Pengembangan ketiga aspek itu diarahkan agar kehidupan manusia lebih baik, lebih bermakna, dan lebih beradab, sehingga pada gilirannya setiap manusia terdidik dapat mengubah dan mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat.
Filsafat sebagai system nilai, harus menjadi  dasar dalam menetukan tujuan kurikulum. Maksudnya adalah pandangan hidup yang dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai yang tercantum dalam kurikulum.
Di Indonesia, system nilai yang berlaku adalah pancasila. Oleh sebab itu membangun manusia yang pancasilais merupakan tujuan dari segala aktifitas  berbagai level dan jenis pendidikan. Dengan demikian, isi kurikulum yang disusun harus mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Coba kita perhatikan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari tujuan pendidikan nasional di atas, dapat dipahami, bahwa setidaknya dalam implementasi kurikulum, dapat diharapkan agar terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki nilai-nilai yang tercermin dari sila-sila dalam pancasila yang tergambar dari tujuan di atas.
Jadi tujuan pendidikan nasional adalah tujuam umum yang sangat sarat dengan muatan filosofis. Suatu bangsa, tujuan pendidikan nasional merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan  pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal mupun nonformal.
Jadi  setiap rumusan tujuan pembelajaran, idealnya tiga ranah sebagaimana disebutkan di muka, harus berjalan secara seimbang. Terlalu menekankan pada salah satu aspek saja, seperti aspek kognitif saja, atau afektif saja, atau psikomotorik saja, tidak akan membentuk manusia yang berkembang secara utuh seperti yang digambarkan dalam tujuan pendidikan nasional. Pencapaian ketiga ranah  tersebut secara seimbang harus menjadi acuan dan target setiap guru dalam proses pembelajaran.


Filsafat dan Materi/Isi Kurikulum
Bahan atau materi kurikulum adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Bahan atau materi kurikulum berhubungan dengan pertanyaan filosofis tentang:  apakah yang harus diajarkan dan dipahami siswa?
Materi kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pengembangan kurikulum yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurkulum itu menyangkut semua aspek baik berhubungan  dengan pengetahuan atau materi pelajaran maupun  kegiatan siswa. Materi kurikulum harus bersumber pada tiga hal yaitu, masyarakat beserta budayanya, anak didik dan ilmu pengetahuan (Wina, 2009: 114).
Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup di masyarakat. Dengan demikian, apa yang dibutuhkan masyartakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum.
Siswa merupakan salah satu sumber dari isi kurikulum karena tugas dan fungsi pendidikan  adalah untuk mengembangkan  seluruh potensi yang ada pada siswa.  Maka tidak heran kebutuhan  anak harus menjadi salah satu sumber materi kurikulum.
Ilmu pengetahuan sebagai sumber materi kurikulum, dan ini merupakan salah satu sumber terpenting dari isi kurikulum. Para orang tua mengirimkan anaknya ke sekolah pada dasarnya agar mereka memiliki sejumlah pengetahuan. Oleh sebab itu, wajar kalau ilmu pengetahuan berserta perkembangannya harus menjadi sumber materi dan perumusan  tujuan kurikulum.
Filsafat dan Strategi Pembelajaran
 Strategi berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Dengan kata lain strategi pembelajaran merupakan  suatu kegiatan pembelajaan yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dengan demikian, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada beberapa istilah yang hampir memiliki makna  dan keterkaitan dengan strategi, misalnya, metode, pendekatan, teknik dan taktik.
Metode merupakan upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, dan sifatnya masih sangat umum. Misalnya pendekatan yang berpusat pada siswa (student centred approach) dan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centred approach).
Selanjutnya teknik merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam mengimplementasikan suatu metode. Dan taktik merupakan gaya seorang guru dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa suatu strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan apa yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode  pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan setiap teknik itu, setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain.
Filsafat dan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi seriang dianggap sebagai kegiatan akhir dari suatu proses kegiatan. Evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Evaluasi digunakan untuk menjawab pertanyaan filosofis : bagaimana menentukan tolok ukur keberhasilan suatu proses pendidikan. Mengapa kurikulum perlu dievaluasi ? bagi guru, evaluasi dapat menentukan efektifitas kinerjanya selama kegiatan pembelajaran. Sedangkan bagi pengembang kurikulum, evaluasi dapat memberikan informasi untuk perbaikan kurikulum yang sedang berjalan.
Jadi evaluasi kurikulum merupakan suatu proses mencari informasi, tentang sejauh mana tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum telah tercapai, materi yang terkandung dalam kurikulum telah dikuasai siswa, bagaimana strategi pembelajran yang telah ditentukan telah optimal, dan bagaimana  evaluasi itu sendiri, apakah sudah efektif atau perlu ada perbaikan-perbaikan.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan evaluasi. Walaupun dalam implementasinya ketiga istilah itu saling terkait, tetapi memiliki makna yang berbeda. Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan nilai dan arti terhadap suatu yang dipertimbangkan. Pengukuran merupakan suatu proses yang berkenaan dengan masalah kuantitatif untuk mendapatkan informasi yang diukur. Sedangkan tes merupakan alat pengukuran yang digunakan dalam rangka mendapatkan informasi tentang sesuatu yang diukur. Jadi pengukuran adalah bagian dari evaluasi dan tes adalah bagian dari pengukuran.
Jadi fungsi evaluasi dalam kurikulum adalah untuk mengevalusi tujuan pendidikan, apakah tujuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan? Apakah tujuan itu mudah dipahami oleh setiap guru? Apakah tujuan yang dirumuskan dalam dokumen kurikulum itu sesuai dengan tingkat perkembangan siswa? Hal-hal itulah yang menjadi sorotan evaluasi tujuan dalam kurikulum.
Kemudian evaluasi terhadap isi/materi kurikulum, apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah ditetapkan? Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan atau penemuan-penemuan yang mutakhir? Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik lingkungan di mana siswa tinggal? Hal-hal itulah yang menjadi target dari evaluasi kurikulum dari sisi isi atau materi kurikulum.
Selanjutnya evaluasi terhadap strategi pembelajaran, apakah strategi yang dirumuskan sesuai dan dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan? Apakah strategi yang direncanakan  dapat mendorong aktivitas dan minat siswa untuk belajar? Bagaimana pemahaman guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi yang telah direncanakan? Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong kreativitas guru? Apakah strategi yang ditetapkan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa? Apakah strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia? Hal-hal itulah yang menjadi bidikan evaluasi kurikulum yang kaitannya dengan strategi pembelajaran.
Dan yang terakhir adalah evaluasi terhadap program penilaian, apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai? Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan dipahami oleh guru? Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku siswa? Hal-hal itulah yang menjadi titik kajian dari evaluasi kurikulum yang kaitannya dengan program evaluasi.



BAB  III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa Sebagai suatu landasan yang fundamental, filsafat memegang peranan penting dalam proses perencanaan, implementasi dan pengembangn kurikulum yaitu: filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan, dapat menetukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan, serta  melalui filsafat, dapat ditentukan bagaimana menentukan totok ukur keberhasilan proses pendidikan.
Filsafat sebagai system nilai, harus menjadi  dasar dan tujuan kurikulum. Maksudnya adalah pandangan hidup yang dianggap baik oleh suatu masyarakat akan tercermin dalam tujuan pendidikan yang harus dicapai yang tercantum dalam kurikulum.
Materi kurikulum harus bersumber pada tiga hal yaitu, masyarakat beserta budayanya, anak didik dan ilmu pengetahuan yang merupakan inspirasi nilai-nilai filosofis.
suatu strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru akan tergantung pada pendekatan apa yang digunakan, sedangkan bagaimana menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai metode pembelajaran. Dalam upaya menjalankan metode  pembelajaran, guru dapat menentukan teknik yang dianggapnya relevan dengan metode, dan penggunaan setiap teknik itu, setiap guru memiliki taktik yang mungkin berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain.
Evaluasi kurikulum merupakan suatu proses mencari informasi tentang sejauh mana tujuan pendidikan yang tercantum dalam kurikulum telah tercapai, materi yang terkandung dalam kurikulum telah dikuasai siswa, bagaimana strategi pembelajran yang telah ditentukan telah optimal, dan bagaimana  proses evaluasi itu sendiri, apakah sudah efektif sesuai dengan tujuan pendidikan.












DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional (2006)  Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Jakarta: Ditjen, Pendidikan Dasar Menengah
Kaber, Achacius (1988) Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Dirjen Dikti PPLPTK
Sanjaya, Wina (2009) Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group
Tiem Penyusun (2008) Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar